Jumat, 04 Februari 2022

LONELINESS (KESEPIAN)

A. Pengertian Kesepian

Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dari orang lain. Sering orang kesepian karena merasa berbeda dengan orang lain. Kesepian akan muncul bila seseorang merasa: tersisih dari kelompoknya, tidak diperhatikan oleh orang-orang disekitarnya, terisolasi dari lingkungan, tidak ada seseorang tempat berbagi rasa dan pengalaman, serta seseorang harus sendiri tanpa ada pilihan. Kesepian yang dialami seseorang sebenarnya merupakan gejala umum. Kesepian bisa dialami oleh siapa saja, yaitu anak-anak, remaja, dewasa, dan usia lanjit. Kesepian yang dialami oleh usia lanjut lebih terkait dengan berkurangnya kontak sosial, absennya atau berkurangnya peran social, baik dengan anggota keluarga, masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja atau karena pensiun (Suardiman, 2011).

Banyak pendekatan yang digunakan oleh para ahli psikologi dalam memberikan batasan tentang loneliness. Pertama, ditinjau dari aspek kebutuhan hubungan pribadi atau need for intimacy. Dengan demikian kesepian muncul karena ketidakhadiran hubungan yang bersifat intim. Sullivan (dalam Desmita,2007) menjelaskan: “loneliness is the exceedingly unpleasant and driving experienced connected with inadequate discharge of the need for human intimacy, for interpersonal intimacy”.

Kedua, ditinjau dari aspek kognitif, yaitu bahwa kesepian berkaitan dengan persepsi dan evaluasi atas relasi sosial, dimana individu merasakan adanya ketidaksesuaian antara hubungan yang diinginkan dengan apa yang dialaminya. Ketiga, dari aspek bantuan sosial atau social reinforcement. Berdasarkan pada beberapa rumusan di atas dapat dipahamibahwa kesepian adalah kurangnya hubungan, baik hubungan istimewa antara individu dengan lingkungan dan sosialnya. Ada tiga hal yang diperhatikan dalam memahami kesepian, yaitu:

1. Perasaan kesepian merupakan hasil dari pengurangan atau penurunan hubungan sosial seseorang.

2. Perasaan kesepian merupakan pengalaman subjektif seseorang.

3. Pengalaman kesepian merupakan suatu hal yang tidak menyenangkan (unpleasant) dan distressing.

Ada tiga tingkat penghayatan individu atas kesepian, yaitu:

1. Slightly Lonely (sedikit kesepian). Kesepian pada tingkat ini terjalin hubungan dengan pasangan, namun kurang merasakan kepuasan dalam kontak pribadinya.

2. Severe Lonely (kesepian berat). Pada tingkat ini dirasakan ketidakpuasan karena tidak adanya hubungan dengan pasangan, sekalipun ia menyatakan sangat puas dalam kontak pribadi dengan pasangan tersebut.

3. Utterly Lonely (sangat kesepian). Pada tingkat ini tidak adanya pasangan dan juga tidak puasnya kontak pribadi yang dirasakan dengan pasangan itu.


B. Aspek-aspek Kesepian

Burns menyatakan bahwa kesepian terkait dengan pikiran-pikiran negatif individu terhadap dirinya. Pikiran-pikiran neagtif itu yaitu:

1. Merasa terasing dan terkucil

Orang kesepian mengalami kesulitan dalam berteman dan menemukan kelompok atau organisasi tempat mereka akan senang bergabung.

2. Merasa tidak mempunyai harapan

Banyak orang kesepian merasa tidak mempunyai harapan lagi untuk mengembangkan suatu lingkungan teman atau menemukan seorang pasangan yang dapat mereka sayangi.

3. Merasa rendah diri

Banyak orang yang malu dan kesepian dan menderita perasaan rendah diri, sebab mereka selalu nmembandingkan dirinya dengan orangorang lain yang nampaknya lebih cerdas, lebih mempesona lebih menarik, dan lain-lain.

4. Merasa takut sendirian

Orang kesepian nyaris selalu sulit merasa bahagia dan puas bila mereka sendirian. Ketika sendirian seseorang akan merasa benar-benar tidak aman dan tidak puas jika tidak ada seorangpun yang mendekat mungkin akan bersikap murung dan memperlakukan diri secara acuh.


C. Faktor yang Mempengaruhi Kesepian

Secara garis besar (dalam Desmita, 2007) kesepian disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu precipitating events dan predisposing and maintaining factors.

1. Precipitating Events 

Merupakan peristiwa yang menjadi pemicu timbulnya kesepian dari individu. Peristiwa ini dibedakan menjadi dua, yaitu: a) Perubahan relasi sosial individu secara actual yang membawa hubungan ke tingkat di bawah kondisi optimal. Kondisi ini terjadi karena perpisahan (seperti: putus hubungan dengan orang yang dicintai, perceraian, kematian pasangan, perpisahan karena anak-anak kuliah di kota lain, perpindahan keluarga ke komunitas yang baru); b) Terjadinya perubahan kebutuhan dan hasrat sosial individu.

2. Predisposing and Maintaining Factors

Yaitu perasaan kesepian yang disebabkan oleh faktor variasi kepribadian dan situasi yang dihadapi individu. Faktor ini dapat dibedakan menjadi karakteristik personal dan kultural situasional. Karakteristik personal dari kesepian dapat dilihat misalnya orang yang kesepian memiliki kepribadian yang pemalu, introvert dan kurang ada kemauan untuk menghadapi resiko sosial. Kesepian dalam hal ini dapat diasosiasikan dengan rendahnya harga diri. Orang seperti ini, hasrat sosialnya sangat kurang, sehingga membatasi kemungkinan dibukanya hubungan sosial.

Faktor kultural dan situasional dari kesepian dapat dilihat dari nilai-nilai yang berkembang dalam masyarakat, seperti kompetisis, individulisme, kemandirian dan sebagainya yang dapat memupuk perasaan kesepian. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kesepian yang dialami seseorang diperburuk oleh nilai-nilai kultural. Situasi sosial yang dialami individu dapat mempengaruhi kemungkinan terjadinya kesepian. Lokasi perumahan yang cenderung tidak memperhatikan keadaan lingkungan sekitar, dapat mempengaruhi interaksi sosial dan persahabatan. Kondisi lingkungan kerja yang terpencil dan terisolasi, menimbulkan kerentanan terhadap kesepian (Desmita, 2007).

Jadi, secara umum kesepian dapat disebabkan oleh ketidaksesuaian antara kebutuhan pribadi, hasrat, kemampuan individu dengan realitas lingkungannya.


D. Cara Menanggulangi Kesepian

Ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu: pertama, upaya yang dilakukan oleh usia lanjut itu sendiri, dan inilah yang menjadi kuncinya, karena berasal dari dalam diri yang bersangkutan. Kedua, oleh orang lain, baik oleh anak, cucu, sanak keluarga maupun orang lain yang peduli pada usia lanjut.

1. Oleh Para Usia Lanjut Sendiri

Perlu dibentuk kelompok-kelompok usia lanjut yang memiliki kegiatan yang mempertemukan para anggotanya agar mereka memiliki kesempatan untuk saling tukar informasi, saling belajar dan bercanda. Mempertemukan sesama usia lanjut dan sebaliknya meninggalkan kebiasaan usia lanjut sebagai penunggu rumah perlu dilakukan.

Kontak sosial tidak harus dalam arti kontak secara fisik atau tatap muka. Jika kontak fisik tidak dapat dilakukan bisa menggunakan media yang mampu membantu mereka untuk melakukan kontak sosial.

Bila rasa kesepian datang lakukan suatu aktivitas seperti: kegiatan yang terkait dengan hobi, membaca, menulis, mendengarkan musik, melihat TV, berjalan-jalan, berbelanja, menyiram tanaman, menyusun buku, membersihkan kamar, dan kegiatan lain yang mungkin dilakukan yang dapat menimbulkan rasa senang dan sibuk untuk menghalau kesepian.

Bila rasa kesepian datang upayakan untuk segeramengatasinya dengan cara menelepon atau jika mungkin mengunjungi teman untuk mengobrol, diskusi, atau membicarakan suatu topik bahkan bicara bebas apa saja yang menarik.

2. Orang Lain

Mengunjungi secara periodik.

Jika kunjungan fisik tidak memungkinkan, diperlukan media seperti telepon, surat atau titip pesan atau sesuatu kepada seseorang yang bisa megunjungi usia lanjut, sebagai tanda kepedulian.

Menyediakan fasilitas yang dapat membantu mengurangi kesepian seperti radio, televisi, telepon dan lain sebagainya.

Bila usia lanjut berjauhan dengan anak/ cucu, maka tetangga terdekat merupakan orang yang sangat besar perannya bagi usia lanjut. Kesediaan tetangga untuk mengunjungi usia lanjut merupakan perbuatan yang sangat membahagiakan mereka. 


E. Kesimpulan

Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dari orang lain. Kesepian yang dialami oleh usia lanjut lebih terkait dengan berkurangnya kontak sosial, absennya atau berkurangnya peran social, baik dengan anggota keluarga, masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya hubungan kerja atau karena pensiun (Suardiman, 2011). tingkat penghayatan individu atas kesepian, yaitu: slightly lonely (sedikit kesepian), severe lonely (kesepian berat), utterly lonely (sangat kesepian). Burns menyatakan bahwa kesepian terkait dengan pikiran-pikiran negatif individu terhadap dirinya.

Pikiran-pikiran neagtif itu yaitu: merasa terasing dan terkucil, merasa tidak mempunyai harapan, merasa rendah diri, dan merasa takut sendirian. Secara garis besar (dalam Desmita, 2007) kesepian disebabkan oleh dua faktor utama, yaitu precipitating events dan predisposing and maintaining factors. Ada dua cara yang dapat ditempuh, yaitu: pertama, upaya yang dilakukan oleh usia lanjut itu sendiri, dan inilah yang menjadi kuncinya, karena berasal dari dalam diri yang bersangkutan. Kedua, oleh orang lain, baik oleh anak, cucu, sanak keluarga maupun orang lain yang peduli pada usia lanjut.


F. Saran

Dalam penyelesaiannya, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, akan tetapi penulis sudah berupaya menyelesaikan pembahasan dari makalah ini, untuk itu penulis meminta maaf kepada pembaca atas semua kekurangan, serta mohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya, agar dalam pembuatan makalah ini bisa disempurnakan kembali dalam penyelesaiannya.


DAFTAR PUSTAKA

Desmita. 2007. Psikologi Orang Dewasa. Batusangkar: STAIN Batusangkar Press.

Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gaajah Mada University Press.

digilib.uinsby.ac.id


Tidak ada komentar:

Posting Komentar

LONELINESS (KESEPIAN)

A. Pengertian Kesepian Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dari orang lain. Sering orang kesepian karena merasa berbed...