Minggu, 29 April 2018

Perkembangan emosi pada remaja

BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Remaja berada dalam periode yang banyak mengalami masalah pertumbuhan  dan perkembangan, khususnya menyangkut dengan penyesuaian diri terhadap tuntutan lingkungan dan masyarakat serta orang dewasa. Kematangan hormon seks yang ditandai dengan datangnya menstruasi bagi remaja putri dan keluarnya mani melalui mimpi basah bagi remaja putra dapat menimbulkan kebingungan dan rasa cemas, khususnya apabila mereka belum disiapkan untuk menyikapi peristiwa tersebut secara positif.
Begitu juga dengan perubahan yang dialami tersebut akan berpengaruh terhadap perkembangan dan hubungan social remaja. Para remaja mulai tertarik pada lawan jenis, ketertarikan ini di satu sisi dapat menimbulkan konflik dalam diri mereka karena mungkin muncul perasaan malu, kurang percaya diri dan kebingungan dalam penyesuaian diri, agar bertingkahlaku seperti yang diinginkan orang dewasa.
Apabila mereka tidak mampu akan dianggap kurang matang, mereka akan dicela. Sebaliknya masyarakat terutama orang tua masih memperlakukan mereka sebagai anak-anak dan tidak diberi kesempatan untuk mandiri dalam mengambil keputusan tentang diri merekasendiri. Keadaan ini akan menimbulkan konflik dan perasaan tidak puas dalam diri remaja sehingga dapat menjadi sumber timbulnya emosi negative.
B. Rumusan Masalah
1. Apa itu pengertian emosi dan bentuk emosi?
2. Apa saja karakteristik dan gangguan emosi remaja?
3. Apa saja factor yang mempengaruhi emosi remaja?
4. Apa saja ciri-ciri remaja yang matang dan tidak matang?
5. Bagaimana kajian Islam tentang emosi remaja?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian emosi dan bentuk emosi.
2. Untuk mengetahui karakteristik dan gangguan emosi remaja.
3. Untuk mengetahui factor yang mempengaruhi emosi remaja.
4. Untuk mengetahui ciri-ciri remaja yang matang dan tidak matang.
5. Untuk mengetahui kajian Islam tentang emosi remaja.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Emosi dan Bentuk Emosi Remaja
1. Pengertian Emosi
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkahlaku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta dan sejenisnya. Hathersall (1985, dalam Fadhilah Syafwar, 2011), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
Keleinginna and Keleinginna (1981, dalam Fadhilah Syafwar, 2011) berpendapat bahwa emosi sering kali berhubungan dengan tingkah laku. Emosi sering didefinisikan dalam istilah perasaan (filling). Emosi juga berhubungan dengan respon-respon psikologis deperti sakit kepala, berkeringat, dan mau buang air. Dalam Santrock, 2007 (dalam Fadhilah Syafwar, 2011) emosi (emotion) sebagai perasaan, afek, yang terjadi ketika sesorang berada dalam sebuah kondisi atau sebuah interaksi yang penting baginya, khususnya bagi kesejahteraan.
2. Bentuk-bentuk emosi
Crider dan kawan-kawan (1983, dalam Fadhilah Syafwar, 2011) mengemukakan dua jenis emosi yaitu, emosi positif dan emosi negative. Emosi positif misalnya: gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani. Emosi negative misalnya: benci, takut, marah, geram dan lain-lain. Emosi negative merupakan reaksi ketidakpuasan dan emosi positif merupakan kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan remaja. Apabila kebutuhan itu terpuaskan, maka remaja merasa senang, bahagia, dan gembira, sebaliknya apabila mereka tidak terpuaskan mereka menjadi kecewa, marah, cemas, takut dan sedih.


B. Karakteristik dan Gangguan Emosi Remaja
1. Karakteristik Emosi
Menurut Hurlock, 1980 (dalam Fadhilah Syafwar, 2011) remaja memiliki karakteristik pemunculan emosi yang berbeda bila dibandingkan dengan pada masa kanak-kanak maupun dengan orang dewasa. Emosi remaja seringkali meluap-luap, dan emosi negative mereka lebih mudah muncul. Keadaan ini lebih banyak disebabkan masalah dalam pemenuhan kebutuhan mereka, dan lingkungan yang menghalangi terpuaskannya kebutuhan tersebut.
Luella Cole (1963, dalam Fadhilah Syafwar, 2011) mengemukakan bahwa ada tiga jenis emosi yang menonjol pada periode remaja, yaitu:
a. Emosi Marah
Emosi marah lebih mudah timbul apabila dibandingkan dengan emosi lainnya dalam kehidupan remaja. Penyebab timbulnya emosi marah pada remaja ialah apabila mereka direndahkan, dipermalukan, dihina, atau dipojokan dihadapan kawan-kawannya. Remaja yang sudah cukup matang menunjukan rasa marahnya tidak lagi dengan berkelahi seperti pada masa kanak-kanak sebelumnya, tetapi lebih memilih menggerutu, mencaci atau dalam bentuk ungkapan verbal lainnya.
Remaja juga melakukan tindakan kekerasan dalam melampiaskan emosi marah, meskipun mereka berusaha menekankan keinginan untuk bertingkah laku seperti itu. Pada dasarnya remaja cenderung mengganti emosi kekanak-kanakan mereka dengan cara yang lebih sopan, misalnya dengan cara diam, mogok kerja, pergi keluyuran ke luar rumah, dan melakukan latihan fisik yang keras sebagai cara pelarian emosi marah mereka.
b. Emosi Takut
Jenis emosi lain yang sering muncul pada diri remaja adalah emosi takut. Ketakutan tersebut banyak menyangkut dengan ujian yang akan diikuti, sakit, kekurangan uang, rendahnya prestasi, tidak dapat pekerjaan atau kehilangan pekerjaan, keluarga yang kurang harmonis, tidak popular dilawan mata jenis,  tidak dapat pacar, memikirkan kondisi fisik yang tidak seperti diharapkan. Ketakutan lain adalah kesepian, kehilangan pegangan agama, perubahan fisik, pengalaman seksual seperti onani dan manstrubasi, selalu berkhayal, menemui kegagalan belajar di sekolah ataupun karier, berbeda dengan teman sebaya, takut terpengaruh teman yang kurang baik, diejek dan sebagainya.(Dra. Fadhilah Syafwar, 2011).
Menurut Luella Cole (1963, dalam Fadhilah Syafwar, 2011), ketakutan yang dialami selama masa remaja dapat dikelompokkan sebagai berikut:
1) Ketakutan terhadap masalah atas sikap orang tua yang tidak adildan cenderung menolak di dalam keluarga.
2) Ketakutan terhadap masalah yang mendapatkan status, baik dalam kelompok sebaya maupun dalam keluarga.
3) Ketakutan terhadap masalah penyesuaian pendidikan atau pilihan pendidikan yang sesuai dengan kemampuan dan cita-cita.
4) Ketakutan terhadap masalah pilihan jabatan yang sesuai dengan kemampuan dan keinginan.
5) Ketakutan terhadap masalah-masalah seks.
6) Ketakutan terhadap ancaman keberadaan diri.
Pada saat akhir remaja dan saat memasuki perkembangan dewasa awal, ketakutan atu kecemasan yang baru muncul adalah menyangkut masalah keuangan, pekerjaan, kemunduran usaha, pendirian/ pandangan politik, kepercayaan/ agama, perkawinan dan keluarga. Remaja yang sudah matang akan berusaha untuk mengatasi masalah-masalah yang menimbulkan rasa takut.
c. Emosi Cinta
Jenis emosi yang menonjol pada remaja adalah emosi cinta. Emosi ini telah ada semenjak masa bayi dan terus berkembang sampai dewasa, sedangkan pada masa remaja rasa cinta diarahkan pada lawan jenis. Pada masa bayi rasa cinta diarahkan pada orang tua terutama kepada ibu. Pada masa kanak-kanak (3-5 tahun) rasa cinta diarahkan pada orang tua yang berbeda jenis kelamin, misalnya anak laki-laki akan jatuh cinta pada ibu dan anak perempuan pada ayah. Pada masa remaja arah dan objek cinta itu berubah yaitu terhadap teman sebaya yang berlawan jenis.
Remaja wanita yang mengalami perkembangan perasaan cinta yang normal adalah jika remaja mengarahkan rasa cintanya kepada pemuda sesama remaja. Demikian juga dengan remaja pria punya cinta normal mengarahkan cintanya kepada seorang gadis. Pada akhir remaja, mereka memilih satu lawan jenis yang paling disayangi. Perkembangan yang normal mengenal emosi cinta dapat disimpulkan sebagai berikut:
1) Objek cinta mula-mula adalah orang dewasa yang sejenis atau berbeda.
2) Kemudian objek cinta beralih pada teman sebaya yang sama jenis kelamin, yaitu pada masa pre-remaja.
3) Pada akhirnya remaja menjadikan teman sebaya sebagai objek cintanya.
2. Gangguan Emosi Remaja
Dari semua hal yang dialami oleh remaja dengan emosi negative tersebut, lebih lanjut dapat berkibat terjadi gangguan-gangguan emosional. Gejala gangguan emosional tersebut adalah:
1) Depresi atau sedih yang mendalam, biasanya akibat kesedihan yang tidak mendapat tanggapan dari orang lain atau tanggapan yang diterimanya justru meningkatkan kesedihan yang ada. Depresi dapat terjadi akibat kehilangan orang yang sangat dicintai atau kegagalan yang bertubi-tubi dialami.
2) Mudah pingsan, karena terlalu sensitive dan perasa, khususnya terhadap sesuatu yang menakutkan dan menyedihkan.
3) Mudah tersinggung, dan sensitive terhadap orang lain. Misalnya sesuatu yang dilihat, didengar atau direspon orang lain, dianggapi secara inpulsif.
4) Sering cemas, karena terlalu banyak memikirkan bahaya atau kegagalan. Apabila dihadapkan pada sesuatu tugas atau tujuan yang diharapkan orang lain yang terbayangkan bukannya keberhasilan dalam menjalankan tugas tersebut namun justru kegagalan yang akan ditemui.
5) Sering ragu-ragu dan memutuskan sesuatu dalam bertindak, kemungkinankarena terlalu banyak pertimbangan yang kadang-kadang tidak rasional.



C. Faktor yang Mempengaruhi Emosi Remaja
Munculnya emosi negative pada diri remaja disebabkan oleh berbagai hal. Hurlock (1980) dan Luella Cole (1963,dalam Fadhilah Syafwar, 2011) menyimpulkan factor penyebab yang menimbulkan emosi negative pada diri remaja, yaitu:
1. Orang tua atau guru memperlakukan mereka seperti anak kecil yang membuat harga diri mereka dilecehkan
2. Apabila dirintangi membina keakraban dengan lawan jenis
3. Terlalu banyak dirintangi daripada disokong
4. Disikapi secara tidak adil oleh orang tua
5. Merasa kebutuhan tidak terpenuhi oleh orang tua
6. Merasa disikapi secara otoriter
Berkaitan dengan faktor-faktor yang mempengaruhi emosi remaja diatas, sesungguhnya pengalaman lingkunganlah yang dapat memberikan konstribusi terhadap remaja dibandingkan perubahan hormonal.
Kondisi emosi remaja yang bergejolak menyebabkan mereka menjadi nakal (sebutan terhadap emosi remaja yang dominan negatif dan merugikan dirinya dan orang lain). Remaja nakal biasanya mengalami gangguan emosi yang menyebabkan mereka bertingkah laku nakal, mereka merasa tidak puas, benci terhadap diri sendiri, dan tidak bahagia. Adapun gangguan emosi yang mereka alami adalah:
a) Merasa tidak terpenuhi kebutuhan fisik mereka secara layak, sehingga timbul ketidak puasan, kecemasan dan kebencian terhadap apa yang mereka alami
b) Merasa dibenci, di sia-siakan, tidak dimengerti dan tidak diterima oleh siapa pun termasuk orang tua mereka
c) Merasa lebih banyak dirintangi, dibantah dihina serta dipatahkan daripada disokong, disayangi dan ditanggapi khususnya ide-ide mereka
d) Merasa tidak mampu atau bodoh. Mereka merasa bodoh mungkin mereka tidak mengenal potensi mereka atau karena khayalan mereka semata
e) Merasa tidak menyenagi kehidupan keluarga mereka yang tidak harmonis seperti sering bertengkar
f) Merasa menderita karena iri terhadap saudara karena disikapi dan dibedakan secara tidak adil
Dari semua hal yang dialami oleh remaja dengan emosi negatif tersebut, lebih lanjut dapat berakibat terjadi gangggua-ganggguan emosional. Gejala gangguan emosional tersebut diantaranya:
a. Depresi atau sedih yang mendalam, biasanya akibat kesediahan yang tidak memndapat tanggapan dari orang lain atau tanggapan yang diterimanya justru meningkatkan kesedihan yang ada
b. Mudah pingsan, karena teralalu sensitif dan perasa, khususnya terhadap sesuatu yang menakutkan dan menyedihkan
c. Mudah tersinggung dan sensitif terhadap orangg lain. Misalnya sesuatu yang dilihat, didengar atau direspon orang lain.
d. Sering cemas, karena terlalu banyak memikirkan bahaya atau kegagalan
e. Sering ragu-ragu dan memutuskan sesuatu dalam bertindak, kemungkinan karena teralu banyak pertimbangan yang kadang-kadang tidak rasional

D. Ciri-ciri Emosi Remaja yang Matang dan yang Tidak Matang
1. Ciri-ciri remaja yang matang
a. Mandiri dalam arti emosional, yaitu bertanggung jawab atas masalahnya sendiri dan bertanggung jawab atas orang lain
b. Mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya. Mereka tidak cenderung menmyalahkan diri sendiri ataupun menyalahkan orang lain atas kegagalan yamg dialaminya
c. Mampu menampilkan ekspresi emosi sesuai dengan situasi dan kondisi yang ada
d. Mampu mengendalikan emosi-emosi negatif sehingga pemunculannya tidak impulisve

2. Ciri-ciri remaja yang tidak matang
a. Cenderung melihat sisi negatif orang lain
b. Impulsif, kurang mampu mengendalikan emosi dan mudah emosional
c. Kurang mampu menerima diri sendiri dan orang lain apa adanya
d. Kurang mampu memahami orang lain dan cenderung untuk selalu minta dipahami orang lain

E. Kajian Islam tentang Emosi Remaja
Dalam perspektif islam, segala macam emosi dan ekspresinya diciptakan oleh Allah swt, melalui ketentuannya (dalam Sukring,2013). Emosi diciptakan oleh Allah swt, untuk membentuk manusia yang lebih sempurna, dalam Q.S An-Najm ayat 43-44 :
Dan bahwasanya Dia-lah yang menjadikan orang tertawa dan menangis. Dan bahwasanya Dia-lah yang dan menghidupkan.
Dalam hadist yang diriwayatkan Abu Sa’id Al-Khudri bahwa Rasulullah saw, bersabda yang artinya:
Ingat, diantara mereka ada yang lamban dan cepat sadar, ada juga yang cepat marah dan cepat sadar, maka itu sebagai ganti yang itu. Ingat yang terbaik dari mereka adalah yang kamban marah tapi cepat sadar, ingat yang terburuk dari mereka adalah yang cepat marah dan lamban sadar. (HR. At-Tirmidzi)
Hadist diatas mengisyaratkan, adanya perbedaan gejolak emosional pada masing-masing individu, rasulullah saw membagi manusia berdasarkan gejolak emosinya menjadi tiga golongan yaitu:
1. Orang yang tidak mudah marah atau jarang sekali marah. Jika ia marah, ia segera meredam kemarahannya dan kembali menenangkan diri. Kelompok ini adalah golongan orang yang paling utama.
2. Orang cepat marah hanya gara-gara urusan remeh, tetapi juga bisa cepat meredam amarahnya.
3. Orang yang cepat marah dan tidak mudah menghentikan kemarahannya. Ia akan mampu meredam amarahnya jika sudah cukup lama berlalu. Kelompok ketiga inilah yang tergolong kelompok paling buruk.

BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Secara sederhana dapat dikatakan bahwa emosi adalah suatu keadaan kejiwaan yang mewarnai tingkah laku. Emosi dapat juga diartikan sebagai suatu reaksi psikologis yang ditampilkan dalam bentuk tingkahlaku gembira, bahagia, sedih, berani, takut, marah, muak, haru, cinta dan sejenisnya. Hathersall (1985, dalam Fadhilah Syafwar, 2011), merumuskan pengertian emosi sebagai situasi psikologis yang merupakan pengalaman subjektif yang dapat dilihat dari reaksi wajah dan tubuh.
Crider dan kawan-kawan (1983, dalam Fadhilah Syafwar, 2011) mengemukakan dua jenis emosi yaitu, emosi positif dan emosi negative. Emosi positif misalnya: gembira, bahagia, sayang, cinta dan berani. Emosi negative misalnya: benci, takut, marah, geram dan lain-lain. Emosi negative merupakan reaksi ketidakpuasan dan emosi positif merupakan kepuasan terhadap terpenuhinya kebutuhan yang dirasakan remaja. Apabila kebutuhan itu terpuaskan, maka remaja merasa senang, bahagia, dan gembira, sebaliknya apabila mereka tidak terpuaskan mereka menjadi kecewa, marah, cemas, takut dan sedih.
B. Saran
Dalam penyelesaiannya, makalah ini masih banyak memiliki kekurangan, akan tetapi penulis sudah berupaya menyelesaikan pembahasan dari makalah ini, untuk itu penulis meminta maaf kepada pembaca atas semua kekurangan, serta mohon kepada pembaca untuk memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa disempurnakan kembali dalam penyelesaiannya.

Phobia

Pencari : Nurul Aulia Fitra

D. Faktor Penyebab Phobia

1. Factor Biologis
Phobia disebabkan karena adanya peningkatan tonus saraf otonomi simpatik dan perubahan sistem hantar transmisi di otak. Seperti adanya perubahan norefinefrin, serotonin dan gamma amino butirik asid (GABA) yang berpengaruh pada lokus sereleus di batang otak sebagai pusat sistem saraf otonom, yang juga berpengaruh pada pusat emosi di sistem limbik dan korteks otak pre-frontalis.

2. Faktor Genetik atau keturunan
Perkembangan otak seseorang seperti rasa malu, kecemasan, dan juga rasa nervous merupakan salah satu yang ter-influence dari faktor keturunan. Jadi ketika orang tua memiliki fobia, besar kemungkinan diturunkan pada anaknya atau orang yang terlahir dari keluarga yang mengidap phobia, sangat rentan terkena fobia.

3. Faktor Psikososial
Phobia timbul akibat reflek yang dibiasakan, kecemasan ditimbulkan oleh rangsangan alami yang menakutkan. Seperti kebiasaan orang tua yang menakut-nakuti anak dengan sesuatu yang tidak masuk akal. Kita memberikan imajinasi kepada anak bahwa hal tersebut sangat menakutkan. Hal tersebut memang cukup efektif untuk menakuti anak tapi dampak buruknya jika ketakutan anak tersebut dibawa sampai dia dewasa.

4. Faktor Trauma
Trauma akan hal yang pernah dialami pada masa lalu dan masih ditakuti sampai sekarang, hal ini pun menjadi phobia. Pengalaman buruk yang menakutkan dan menyedihkan atau merasa tertekan juga dapat menimbulkan trauma yang mengakibatkan phobia. Contohnya, sewaktu kecil pernah dipatuk ayam betina dan sampai sekarang masih takut dengan ayam. Bahkan lebih parahnya menjadi takut pada semua ayam.


5. Faktor Geli atau Jijik
Karena merasa geli atau jijik juga bisa membuat kita phobia. Geli dengan bulu binatang, ulat, cacing, dan lain-lain. Bukan hanya wanita saja yang geli dengan benda-benda diatas. Pria pun banyak yang merasa phobia dengan kegelian. Penampilan maco, ada ulat dia lari. Tidak ada salahnya pria phobia, karena ini memang tidak dibuat-buat takutnya.

6. Faktor Lingkungan
Berada dilingkungan yang tidak aman dan tenang seperti dilingkungan yang sedang terjadi konflik atau peperangan dapat mengakibatkan trauma yang menjadi penyebab phobia. Misalnya phobia pada suara keras, phobia suara tembakan, dan lainnya.

E. Cara Mengatasi Fobia
Bila fobia dibiarkan begitu saja pada anak, maka pertumbuhan mentalnya akan sangat terganggu dan akhirnya anak akan memiliki tingkah laku yang tidak wajar. Berikut cara mengatasi phobia pada anak:

1. Anda harus memperkenalkan pada anak sumber fobia tersebut. Maksudnya berikan pemahaman akan objek atau sesuatu yang membuatnya takut. Misalnya ia takut dengan semut atau serangga apapun. Maka anda bisa menjelaskannya dengancara yang lucu dan menyenangkan seperti berdongeng atau bercerita mengenai binatang tersebut.
2. Jika anak Anda memiliki fobia terhadap lingkungan sosial sekitar maka anda bisa melatihnya dengan membawanya untuk bersosialisasi dengan banyak orang untuk melakukan komunikasi. Jangan malah dijauhkan dari sumber ketakutannya tersebut.
3. Jika anak anda memiliki ketakutan terhadap kondisi tertentu seperti ruangan gelap, ketinggian, atau keramaian maka anda bisa melatihnya dengan cara yang menyenangkan seperti misalnya bermain sembunyi-sembunyi di dalam selimut yang gelap, atau anak yang takut pada ketinggian. Anda bisa mengajarinya dengan melakukan olahraga seperti bergantung di tempat yang tinggi.
Tapi, harus dilakukan secara bertahap, jangan langsung memberikan pelatihan dengan intensitas sumber fobia yang terlalu tinggi. Misalnya anda memaksanya untuk berada di ruangan yang gelap, atau menempatkannya di tempat yang sangat tinggi. Ini malah akan memperburuk ketakutannya.
4. Jangan menertawakan atau menghina ketakutannya itu, sebaliknya berikan dukungan dan semangat untuk usahanya dalam melawan ketakutan itu. Pastikan anak Anda merasakan bahwa ia sangat dicintai oleh keluarga sehingga ia akan berpikir bahwa ia tidak perlu takut karena ada orang-orang di sekelilingnya yang menyayanginya dan akan siap menolong dia.
5. Dalam membimbingnya mengatasi ketakutan pastikan bahwa anak anda mengetahui tujuan terapi pada fobia nya tersebut. Jika anak anda merasa hal itu tidak bermanfaat baginya dia akan malah merasa dipermainkan karena diperhadapkan pada hal yang ditakutinya. Jadi berikan dia pengertian bahwa apa yang dilakukannya adalah untuk menghilangkan rasa takutnya terhadap sumber fobia tersebut.
Dalam mengatasi Fobia pada anak Anda harus sabar dan konsisten, tidak boleh terburu-buru yang malah menyebabkan ketidaknyamanan pada sang anak.

LONELINESS (KESEPIAN)

A. Pengertian Kesepian Kesepian adalah perasaan terasing, tersisihkan, terpencil dari orang lain. Sering orang kesepian karena merasa berbed...